Jumat, 12 Agustus 2016

Terjaga Dalam Penantian



Terjaga dalam Penantian
               
Aku selalu  membatasi diri dengan orang-orang yang datang menuju padaku. Aku tau apa yang mereka tuju dalam diriku, hatiku. Aku akan berlari jauh sebelum mereka lebih dekat denganku. Aku tidak tau apakah mereka bersungguh-sungguh ataukah hanya ingin mempermainkanku. Aku benar-benar tidak siap untuk jatuh cinta.
Aku terlalu membentangkan jarak yang begitu panjang, aku takut akan  luka, aku juga tidak ingin melukai orang lain. Bahkan aku bingung mengapa saat orang mencintai menuntut balik untuk dicintai. Saat aku hanya diam, tak melakukan apapun masih saja ada orang yang merasa tersakiti. Aku tidak tau harus bagaimana lagi bersikap terhadap orang yang datang kepadaku.
Saat aku mulai mengalah dan aku membiarkannya mendekatiku sampai batas yang ku jaga, ia berharap lebih. Alasan itu yang membuat ku menjauhinya, tetapi aku menjadi angkuh dimatanya. Aku ini  terlalu lembut atau mungkin karna aku ini terlalu keras kepala. Mereka yang datang menujuku tidak mengenalku bahkan mereka tidak tau cara mendapatkan hatiku, yang ku tau kini aku akan tetap terjaga dalam penantianku.

Jumat, 05 Agustus 2016

Contoh Analisis Buku Pembelajaran Al-Qur'an Hadit's



Hari/tanggal    : Selasa, 26 Juli 2016
Mata Kuliah    : Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadit’s
Prodi               : PAI A. Semester V/IAI BBC/2016
Kelompok 6    :
1)   Delli Yulinda Bella
2)   Haris Muliawan
3)   Imam Safrudin
4)   Leni Nur’Azizah
5)   Rahmania
6)   Ozi
Tugas Menganalisis Buku Al-Qur’an dan Hadit’s kelas XII semester II
1)      Identitas Buku:
Judul               : Indahnya Sukses Bersama Al-Qur’an dan Hadits
Penulis             : Shobirin, S.Ag., MA.
Penerbit           : CV. Dharma Bhakti
Kota                : Jakarta
Tahun              : Cetakan ke-1 tahun 2012 dan Cetakan ke-2 tahun 2013
2)      Tujuan             : Agar dapat membantu siswa menuju sukses ujian khususnya di bidang study Al-Qur’an dan Hadit’s.
3)      Indikator         :
·         Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang toleransi dan etika pergaulan.
·         Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang etos kerja.
·         Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang makanan yang halal dan makanan yang baik.
·         Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
4)      Sistematika Isi Buku
BAB IV          Toleransi dan Etika dalam Pergaulan
A.      Perintah Bersikap Toleran dan Etis dalam Pergaulan Sesama Muslim
a.       QS. Al Hujurat (49) : 10-13
b.      QS. At Taubah  (9) :11
c.       Hadits tentang etia bergaul dengan sesama muslim
B.       Toleransi dan Etika Bergaul dengan Non Muslim
a.       QS. Yunus (10) : 40-41
b.      QS. Al Kahfi (18) : 29
c.       QS. Al Kafirun  (109) : 1-6
C.       Penguatan Materi dan Kreativitas Siswa
D.      Uji Kompetesi Bab 4
BAB V            Etos Kerja dan Peningkatan Sumber Daya Manusia
A.      Pesan Al Qur’an untuk giat bekerja
a.       QS. Al Jumu’ah (62) :9-11
b.      QS. Al Qashash (28) :77
c.       Hadits tentang Etos Kerja
B.       Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etos Kerja
a.      QS. Al Mujadilah (58) : 11
C.       Penguatan Materi dan Kreativitas Siswa
D.      Uji Kompetensi Bab 5
BAB VI          Makanan Yang Halal dan Yang Baik
A.    Perintah memakan makanan yang halal dan baik
a.       QS. Al Baqoroh (2) : 168-169
b.      QS. Al Baqoroh (2) : 172
c.       Hadits tentang makanan yang baik
B.     Bahaya memakan makanan yang haram
a.       QS. Al Baqoroh (2) : 173
C.     Penguatan Materi dan kreatifitas siswa
D.    Uji Kompetensi Bab 6
BAB VII         Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
A.    QS. Al Alaq (96) : 1-5
B.     QS Yunus (10) : 101
C.     QS Al Baqoroh (2) : 164
D.    Hadits tentang ilmu pengetahuan
E.     Penguatan materi dan kreativitas siswa
F.      Uji kompetensi Bab 7

5)      Konsistensi isi buku dengan kurikulum:
Buku ini disusun sesuai standar isi yang telah ditetapkan oleh kementrian agama terbaru, sehingga dapat digunakan sebagai bahan ajaran di Madrasah Aliyah.

Fungsi Komunikasi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
       Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan harapan banyak orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan yang paling riil terjadi di lapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa kegiatan belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan proses pembelajaran tentu saja akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output-nya berupa sumber daya manusia.
       Dimana Kegiatan pembelajaran dijadikan sebagai proses transformasi pesan edukatif berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.
B. Rumusan Masalah
1)  Apa yang mendorong kita berkomunikasi dalam proses pembelajaran?
2)  Apa Fungsi Komunikasi Pembelajaran Menurut pakar komunikasi?
C. Tujuan Penulisan
1)  Untuk mengetahui faktor yang mendorong kita untuk melakukan kominikasi dalam pembelajaran.
2)  Untuk mengetahui fungsi komunikasi menurut pakar kumunikasi.




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Komunikasi Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur, media pembelajaran,dll.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dsb), dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Kesadaran yang demikian ini tidaklah dijumpai dalam penyelenggaraan pendidikan yang telah berlangsung dari abad ke abad, melainkan baru terjadi pada sekitar tahun 1950-an, pada waktu Berlo mengembangkan suatu model komunikasi yang disebutnya SMCR, singkatan dari Source, Message, Channel dan Receiver. Adanya kesadaran bahwa proses belajar dan pembelajaran adalah merupakan proses komunikasi membawa implikasi-implikasi yang sangat penting dan mendasar bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan serta hakikat proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.
B.     Fungsi-Fungsi Komunikasi Pembelajaran Menurut Pakar Komunikasi
·       Menurut Thomas M. Scheidel
            Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.
·       Menurut Gordon I. Zimmerman et al
            Tujuan komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
·       Menurut Rudolf F. Verderber
            Komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi social, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertent, seperti: apa yang akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar menghadapi tes.
·       Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
            Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
·       Menurut William I.Gordon
        Komunikasi Pembelajaran mempunyai empat fungsi menurut kerangka yang dikemukakan, yakni:

1.    Fungsi Komunikasi Sosial

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia akan hilang, karena ia tidak punya waktu untuk mengatur diri mereka sendiri dalam lingkungan sosial. Komunikasi yang memungkinkan individu untuk membangun dan menggunakannya sebagai kerangka acuan untuk menafsirkan pantuan, setiap situasi yang dia hadapi. Demikian pula, komunikasi yang memungkinkan penelitian dan menerapkan strategi adaptif untuk mengatasi situasi bermasalah bahwa ia masuk.
Tanpa terlibat dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimanamakan, minuman, berbicar sebagai manusia dan beradab lainnya manusi memperlakukan, sebagai cara berperilaku yang harus dipelajari melalui kluarga orang tua dan hubungan dengan orang lain menunjuk adalah komunikasi. Implasif adalah fungsi komunikasi sosial adalah fungsi komunikasi budaya.
Ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu koin. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya juga membantu menentukan komunikasi, memelihara, mengembangkan atau lulus pada budaya. = Fungsi komunikasi sosial dapat dibentuk dengan formasi: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistensi diri dan untuk kelangsungan hidup, hubungan dan kebahagiaan.
a.   Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa kita, dan yang hanya dapat diperoleh melalui informasi orang lain yang diberikan kepada kita. Manusia tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki. Kita menyadari bahwa kita adalah manusia karena orang di sekitar kita menunjukkan kepada kita melalui perilaku dan perban bahwa kita manusia nonverbal mereka.
Anda mencintai diri sendiri jika Anda memiliki cinta, Anda berpikir Anda pintar ketika orang di sekitar Anda mengaggap Anda cerdas, Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika orang di sekitar Anda mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Mereka disebut orang lain yang signifikan. Orang tua kita, atau siapa pun yang peduli untuk kami pertama kalinya, mengatakan kepada kami melalui kata-kata dan tindakan yang kita baik, konyol, nakal cerdas, rajin, tampan, cantik, dan sebagainya.

b.  Pernyataan Eksistensi Diri

Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ini disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya keberadaan itu sendiri. Kita dapat memodifikasi ekspresi dari filsuf Perancis Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal Cogito Ergo Sum (“Aku berpikir, maka saya ada”) menjadi “saya berbicara, karena itu saya ‘. Jika kita tetap diam, orang lain akan memperlakukan kita sebagai jika kita tidak ada. Tapi kita berbicara, kita menyatakan bahwa kita benar-benar ada.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat dalam seminar pena line. Meskipun penanya telah memperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung kepokok masalah, pena atau komentator sering berbicara panjang lebar, mengajarkan penonton, dengan argumen yang tidak relavan. Eksistensi sendiri juga sering diungkapkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di ruang sidang untuk mendengar bertele-tele mereka, karena mereka merasa paling benar dan yang paling penting, semua orang ingin berbicara dan didengar.

c.   Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk Hubungan, Dan Memperoleh Kebahagiaan

Sejak lahir, kita tidak bisa hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan.
Melalui komunikasi kita juga bisa memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, kebanggaan, dan bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami berbagai perasaan dan membandingkan kualitas perasaan satu dengan perasaan orang lain.
2.    Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif sering dilakukan buat menyampaikan perasaan-perasaan kita. Kebanyakan komunikasi ini disampaikan dalam bentuk non verbal. Ungkapan kasih sayang, marah, atau malu memang dapat disampaikan oleh kata-kata.
Namun, paling besar dikomunikasikan lewat bahasa tubuh. Orang boleh mengatakan, "saya tak marah", padahal mukanya merah, tampang cemberut, dan pandangan matanya tajam. Orang akan lebih percaya bahasa non verbal itu daripada bahasa verbalnya. Komunikasi ekspresif nanti tentu akan mempengaruhi komunikasi sosial seseorang.
3.    Komunikasi Ritual
Fungsi komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi ekspresif. Namun bentuk penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai memperingati tanggal bersejarah. Mereka nan terlibat dalam komunikasi ritual dianggap berusaha menegaskan sebagai bagian dari kelompok nan merayakannya. Komunikasi ritual juga dianggap sebagai komitmen individu terhadap tradisi dalam kehidupan sosialnya.
Seseorang nan baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung harus melakukan komunikasi ritual nan baru. Mereka seolah diwajibkan buat melakukan komunikasi ini buat menunjukkan bahwa mereka memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau nan sering disebut ospek.
Selain buat komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga sering digunakan buat mempererat kepaduan dalam suatu kelompok. Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman dan perasaan tertib. Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual nan paling penting, namun perasaan senasib dan sepenanggungan nan menyertai komunikasi ini.
Deddy juga menganggap hal ini menandakan bahwa manusia bukanlah sepenuhnya makhluk rasional. Karena komunikasi ritual sering dianggap mubazir jika ditimbang secara rasio. Namun, manusia tetap membutuhkan komunikasi ritual, walau tujuannya berbeda-beda. Misalnya, demi memenuhi kebutuhan jati diri, sebagai anggota dari komunitas, atau menciptakan rasa kondusif dan tenteram. Tidak rasional, namun hal inilah nan membedakan manusia dengan seperangkat gadget modern.
4.    Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi yang berfungsi sebagai Komunikasi instrumental adalah Komunikasi yangberfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatanpersuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwafakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui.
Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerankanmengajar,menginformasikan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubahperilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur.Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangunhubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuatkita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.
Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi,dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impressionmanagement), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkankepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnyakeahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu(jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesanitu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupakeberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatansosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yangbila dicermati saling melengkapi.[1] Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27)memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
3.  Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.







BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpualan
Komunikasi tak melulu masalah menyampaikan pesan. Esensinya memang itu, tapi fungsi dan tujuannya dapat lebih luas. Klarifikasi dari Scheidel tadi juga mengarahkan konklusi pada teori dari Rudolph F, Verderber. Menurutnya, komunikasi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.
Penjelasan fungsi komunikasi dari William I. Gorden lebih luas lagi. Menurutnya komunikasi memiliki empat fungsi utama. Keempat fungsi itu ialah komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Dia menganggap bahwa fungsi-fungsi komunikasi itu tak saling berdiri sendiri. Semuanya saling mempengaruhi, namun memang ada fungsi nan dominan dalam kondisi dan konteks tertentu.
B.     Saran
Diharapkan agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.