Minggu, 19 Februari 2017

Pembelajaran Bahasa Arab "Mufrodat"



Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Arab
Kelompok 8 :  Eni Suhaeni
Leni Nur Azizah
Ozi

A.    Judul                           : Teknik Mengajarkan Mufrodat (Kosa Kata)
B.     Tujuan Pembelajaran   :
1.    Siswa dapat memahami pengertian Mufrodat (kosa kata).
2.    Siswa dapat membedakan Jenis-jenis Mufrodat.
3.    Siswa dapat mengetahui teknik-teknik pembelajaran Mufrodat.
4.    Siswa dapat mengimplementasikan Mufrodat yang telah dipelajari.
C.     Materi Ajar :
1.      Pengertian
[1]Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya.
[2]Menurut Horn, kosakata adalah sekumpulan kata yang membentuk sebuah bahasa. Peran kosakata dalam menguasai empat kemahiran berbahasa sangat diperlukan sebagaimana yang dinyatakan Vallet adalah bahwa kemampuan untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantung pada penguasaan kosakata seseorang. Meskipun demikian pembelajaran bahasa tidak identik dengan hanya mempelajari kosakata. Dalam arti untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal sekian banyak kosakata.[3]
[4]Kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil. Maka kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim ( معلم ) dalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim (المعلم ) mempunyai dua morfem yaitu ال dan معلم . Adapun kata yang mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem yang mana masing-masing morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-mu’allimun ( المعلمون ) yang terdiri dari tiga morfem yaitu ال , معلم dan ون .[5]
[6]Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa masalah dalam pembelajaran kosakata yang disebut problematika kosakata (مشكلات صرفية). Hal itu terjadi karena dalam pembelajaran kosakata mencakup didalamnya tema-tema yang kompleks yaitu perubahan derivasi, perubahan infleksi, kata kerja, mufrad, tatsniyah, jama’, ta’nîts, tadzkîr dan makna leksikal dan fungsional. Tetapi dalam makalah ini, penulis tidak menjelaskan satu persatu dari tema-tema tersebut secara detail, hanya sekedar mengemukakan bahwa cakupan pembelajaran kosakata tidak sederhana tetapi cukup luas dan rumit.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata tersebut akan ia digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran intelejensia dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.
2.      Jenis-Jenis Mufrodat
[7]Rusydy Ahmad Tha’imah memberikan klasifikasi kosakata (al-mufradât) menjadi 4 (empat) yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya, sebagai berikut:
1.    Pembagian kosakata dalam konteks Kemahiran Kebahasaan
1.   Kosakata untuk memahami (understanding vocabulary) baik bahasa lisan ( الاستـماع ) maupun teks ( القراءة ).
2.   Kosakata untuk berbicara (speaking vocabulary). Dalam pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik pembicaraan informal (عادية) maupun formal (موقفية).
3.   Kosakata untuk menulis (writing vocabulary). Penulisan pun membutuhkan pemilihan kosakata yang baik dan tepat agar tidak disalahartikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup penulisan informal seperti catatan harian, agenda harian dan lain-lain dan juga formal, misalnya penulisan buku, majalah, surat kabar dan seterusnya.
4.   Kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata context yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan kosakata analysis yakni kosakata yang dapat dianalisa berdasarkan karakteristik derivasi kata unuk selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya.
2.    Pembagian kosakata menurut maknanya
1.      Kata-kata inti (content vocabulary). Kosakata ini adalah kosakata dasar yang membentuk sebuah tulisan menjadi valid, misalnya kata benda, kata kerja, dll.
2.      Kata-kata fungsi (function words). Kata-kata ini yang mengikat dan menyatukan kosakata dan kalimat sehingga menbentuk paparan yang baik dalam sebuh tulisan. Contohnya hurûf jâr, adawât al-istifhâm, dan seterusnya.
3.      Kata-kata gabungan (cluster words). Kosakata ini adalah kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-beda. Misalnya kata رغب dapat berarti menyukai bila kata tersebut dipadukan dengan في menjadi رغب في . Sedangkan bila diikuti dengan kata عن menjadi رغب عن artinya pun berubah menjadi benci atau tidak suka.
3.    Pembagian kosakata menurut karakteristik kata (takhassus).
1.    Kata-kata tugas (service words) yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara informal maupun formal dan sifatnya resmi.
2.    Kata-kata inti khusus (special content words). Kosa kata ini adalah kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada yang spesifik dan digunakan di berbagai bidang ulasan tertentu, yang biasa juga disebut local words atau utility words.
4.    Pembagian kosakata menurut penggunaannya.
1.    Kosakata aktif (active words), yakni kosakata yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan, tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat berbagai bacaan.
2.    Kosakata pasif (passive words), yaitu kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata seseorang namun jarang ia gunakan. Kosakata ini diketahui lewat buku-buku cetak yang biasa menjadi rujukan dalam penulisan makalah atau karya ilmiah.
3.    Teknik-Teknik Pembelajaran Kosakata (al-Mufradât)
[8]Ahmad Fuad Effendy menjelaskan lebih rinci tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-Mufradât) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata (al-mufradât), sebagai berikut :
1.      Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain, baik berdiri sendiri maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar.
2.      Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
3.      Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini guru hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian gambar/foto, sinonim (murâdif), antonim (dlid), memperlihatkan benda asli atau tiruannya, peragaan gerakan tubuh, dan terjemahan sebagai alternatif terakhir bila suatu kata memang benar-benar sukar untuk dipahami oleh siswa.
4.      Membaca kata. Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna kata-kata (kosakata) baru, guru menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
5.      Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
6.      Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-kalimat yang bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar siswa dapat dengan memahami dan mempergunakannya sendiri.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kosakata di atas tentunya dapat dijadikan acuan para pengajar bahasa asing khususnya bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam hal ini juga harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata tetentu yang dianggap sukar atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.
D.    Rangkuman
 












Daftar Pustaka:
Ø  http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata, diakses tanggal 11 Mei 2008. Lihat juga Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1983), hlm. 137.
Ø  [1] Edison de Cunha, “Developing English Teaching Materials For Vocabulary Of First Grade Of Junior High School” dalam Makalah, hlm. 3.
Ø  [1]A. Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005), hlm. 96.
Ø  [1] Harimurti Kridalaksana, Kamus ….hlm. 157.
Ø  [1] Muhammad Ali Al-Khûly, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah (Riyadl: Dâr al-Ulûm, 1989), hlm.89.
Ø  [1] Moh. Matsna HS, Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada Diklat Guru Bahasa Arab SMU di Jakarta tanggal 10 – 23 September 2003.
Ø  Rusydy A. Tha’imah, Al-Marja’ fî Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâthiqîn bi Lughâtin Ukhra, Jâmi’ah Ummu al-Qurâ, Ma’had al-Lughah al-‘Arabiyyah, Wahdat al-Buhûts wa al-Manâhij, Silsilah Dirâsât fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 616-617.
Ø  Ahmad Fuad Effendy, Metodologi ….hlm. 99 -101.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata, diakses tanggal 11 Mei 2008. Lihat juga Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1983), hlm. 137.
[2] Edison de Cunha, “Developing English Teaching Materials For Vocabulary Of First Grade Of Junior High School” dalam Makalah, hlm. 3.
[3]A. Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005), hlm. 96.
[4] Harimurti Kridalaksana, Kamus ….hlm. 157.
[5] Muhammad Ali Al-Khûly, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah (Riyadl: Dâr al-Ulûm, 1989), hlm.89.
[6] Moh. Matsna HS, Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada Diklat Guru Bahasa Arab SMU di Jakarta tanggal 10 – 23 September 2003.

[7] Rusydy A. Tha’imah, Al-Marja’ fî Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâthiqîn bi Lughâtin Ukhra, Jâmi’ah Ummu al-Qurâ, Ma’had al-Lughah al-‘Arabiyyah, Wahdat al-Buhûts wa al-Manâhij, Silsilah Dirâsât fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 616-617.
[8] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi ….hlm. 99 -101.

Analisis Harapan dan Kenyataan Pendidikan Luar Sekolah



Nama                           : Leni Nur’Azizah
Nim                             : 2014.17.01916
Jurusan/smt                 : PAI A / VI
Tugas UTS                  : Analisis Harapan dan Kenyataan Pendidikan Luar Sekolah
Mata Kuliah                : Pendidikan Luar Sekolah
Dosen Pengampu        : Dr. Asep Mulyana, M.Si
A.      Harapan Pendidikan Luar Sekolah
Harapan Pendidikan Luar Sekolah mampu membelajarkan individu agar mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya ke arah perwujudan pribadi yang utuh dan membelajarkan masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang memahami arti pendidikan sepanjang hayat. Sehingga masyarakat mengerti bahwa pendidikan itu tidak terikat oleh ruang dan waktu. Maka dari itu setiap umat islam haruslah menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman dan wajib atasnya untuk menutut ilmu yang berguna sepanjang hayatnya.  Sebagaimana Rasulullah bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya : Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR.IbnuMajah)
            Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi tiap muslim baik itu laki-laki maupun perempuan dan merupakan media pedidikan yang harus terus dijalani sepanjang hayatnya di mana saja, oleh siapa saja ilmu itu disampaikan dan untuk siapa saja seseorang menyampaikan ilmu yang ia miliki.
Pendidikan Luar Sekolah bisa mendidik masyarakat yang dapat memanfaatkan nilai yang baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupan pribadi keluarga, masyarakat bangsa dan Negara. Pendidikan itu dijalankan agar dapat membentuk manusia yang dapat berguna, lebih sempitnya untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, untuk masyarakat atau orang-orang disekitarnya dan juga lebih luasnya sesuai dengan UUD Negara RI 1945 untuk menjadikan manusia yang adil dan beradab serta menjadikan manusia yang dapat bermanfaat bagi negaranya.
Kemampuan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri. Pendidikan luar sekolah juga harusnya dapat membentuk kepribadian seorang manusia menjadi lebih baik, jika sebelumnya mungkin pribadinya buruk karena belum banyak belajar dan belum tau berprilaku, dengan adanya pendidikan luar sekolah ini dapat memberikan kepada manusia tentang bagaimana berpriaku yang baik dan apa baik buruknya jika perilaku kita baik. Sehingga manusia dapat berprilaku baik dan dapat menempati tempat sendiri dalam lingkungan masyarakat.
Kemampuan menghadapi tantangan hidup, baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. Dengan pendidikan luar sekolah diharapkan dapat mencetak manusia yang siap menghadapi permasalahan dengan bijaksana, baik itu permasalahan yang berada di lingkungan keluarganya maupun di masyarakat. Sehingga dapat terciptanya kerukunan dan kesejahteraan, baik dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat, bahkan bisa mengatasi persolan yang lebih kompleks di masyarakat.
Kemampuan untuk membina keluarga sejahtera dalam rangka memajukan kesejahteraan umum. Jika kita menginginkan perubahan untuk hal yang besar, kita harus mengubah hal kecil dahulu, contohnya dengan dapat menciptakan kesejahteraan di lingkungan keluarganya sehingga dapat meningkatkan tarap kesejahteraan di lingkungan yang lebih luas lagi bahkan hingga menjadikan negara yang sejahtera.
Mengembangkan wawasan manusia yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga Negara, Kesadaran berbangsa bernegara, dan bermasyarakat dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat pancasila. Dalam pendidikan luar sekolah diharapkan dapat menjadikan manusia yang cinta tanah air, sehingga dapat menjaga keutuhan wilayah maupun keutuhan dari segi budaya dan nilai-nilai budaya bangsa.
Kemampuan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Karena harapannya dapat menegaskan bahwa pendidikan luar sekolah dapat mengembangkan secara selaras, serasi dan seimbang. Kecerdasan sikap, kreativitas, dan keterampilan dalam upaya peningkatan mutu dan taraf hidup individu, keluarga, masyarakat bangsa dan negara.
Upaya pencapaian tujuan yang institusional tersebut pada hakikatnya dilimpahkan kepada pranata kelembagaan pendidikan keluarga, pendidikan perluasan wawasan, dan pendidikan keterampilan. Pendidikan luar sekolah mempunyai peranan yang penting untuk merealisasikan tujuan pendidikan yang belum dapat tercapai sepenuhnya melalui pendidikan persekolahan.
Pendidikan luar sekolah dapat berperan sebagai pengganti, pelengkap atau penambah program pendidikan persekolahan. Dengan cara mendidik keterampilan dan paket B yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
B.       Kenyataan Pendidikan Luar Sekolah
Kenyataan pendidikan luar sekolah kurang diminati oleh masyarakat dengan berbagai alasan, diantaranya karena pendidikan luar sekolah yang kurang terkondisikan, baik dari segi tenaga pendidik dan sumber belajar masih kurang profesional serta motivasi belajar peserta didik rendah.
Kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Semua lembaga pemerintah, baik yang berstatus departemen maupun non departemen, menyelenggarakan program-program pendidikan nonformal. Berbagai lembaga swasta, perorangan, dan masyarakat menyelenggarakan program pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga tersebut atau untuk pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya variasi program yang dilakukan oleh berbagai pihak itu akan memungkinkan terjadinya program-program yang tumpang tindih. Program yang sama mungkin akan digarap oleh berbagai lembaga, sebaliknya mungkin suatu program yang memerlukan penggarapan secara terpadu kurang mendapat perhatian dari berbagai lembaga. Oleh karena itu koordinasi antar pihak penyelenggara program pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program serta untuk mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program tersebut mencapai hasil yang optimal.
Tenaga pendidik atau sumber belajar yang profesional masih kurang. Penyelenggara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan nonformal sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. Keterlibatan mereka dalam program pendidikan didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau kerena tugas yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja, dan mereka pada umumnya berlatar belakang pendidikan formal. Kenyataan ini sering mempengaruhi cara penampilan mereka dalam proses pembelajaran anatara lain dengan menerapkan pendekatan mengajar pada pendidikan formal di dalam pendidikan nonformal sehingga pendekatan ini pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pembalajaran dalam pendidikan nonformal. Pengelolaan program pendidikan nonformal memerlukan pendekatan dan keterampilan yang relatif berbeda dengan pengelolaan program pendidikan formal. Untuk mengatasi kelemahan itu maka diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik yang ada dalam pengadaan tenaga profesional pendidikan yang berlatar belakang pendidikan nonformal.
Selain itu kenyataannya dalam pendidikan luar sekolah motivasi belajar peserta didiknya masih relatif rendah. Kelemahan ini berkaitan dengan berbagai aspek yang sangat penting membangkitkan motivasi peserta didik pendidikan luar sekolah, diantaranya yakni kesan pendidikan luar sekolah di mata masyarakat, tenaga pendidik dalam pendidikan luar sekolah yang berlatar belakang pendidikan formal, pendidikan luar sekolah yang program belajarnya sulit diterapkan hasil belajarnya dan juga lulusan pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah dianggap lebih rendah statusnya.
Motivasi belajar pada peserta didik pendidikan manapun sangat penting, karena dengan motivasi yang tinggi akan mempermudah tercapainnya tujuan-tujuan dalam pendidikan luar sekolah. Adanya kesan umum bahwa pendidikan luar sekolah lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal membuat peserta didik pada pendidikan  luar sekolah rendah sekali motivasi belajarnya bahkan ada yang merasa malu untuk mengakui pendidikan luar sekolah karena betapa rendahnya pendidikan luar sekolah di mata masyarakat umum. Berbeda dengan pendidikan formal yang peserta didiknya memiliki motivasi kuat untuk memperoleh ijazah.
Pendidik adalah aspek yang penting dalam menyampaikan ilmu dalam proses pembelajaran, namun dalam pendidikan luar sekolah pendekatan yang dilakukan oleh pendidik kebanyakan belum sesuai dengan pendidikan luar sekolah yang diharapkan. Kebanyakan pendidiknya yang mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan formal jelas sangatlah bertolak belakang, bukan karena berbeda status namun jika paralel pendidik yang berlattar belakang non formal dan mendidik di lembaga pendidikan non formal menjadi lebih selaras untuk perbaikan mutu pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah. Selain itu juga dalam penerapannya dalam kegiatan pendidikan luar sekolah  pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat peserta didik.
Masih terdapat program pendidikan, yang berkaitan dengan upaya membekali peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dibidang ekonomi, namun didalamanya tidak dilengkapai dengan masukan lain (other input), sehingga peserta didik atau lulusan sulit bahkan tidak dapat menerapkan hasil belajarnya.
Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan status pendidikan formal, baik dalam masyarakat maupun dunia kerja. Selalu saja terjadi para lulusan pendidikan nonformal di nomor duakan setelah pendidikan formal yang dianggap lebih bagus, lebih terlatih dan lebih baik dari peserta didik yang lulusan pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal.