BAB
I
PENGERTIAN
DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pengertian
Filsafat Pendidikan
Filsafat berasal dari bahasa
Inggris yaitu philosophy dan bahasa Yunani philein atau philos artinya cinta
dan sofein, sophi atau sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan
cinta kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan sebagai pola berfikir dengan
ciri-ciri kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal dan spekulatif.
Setiap pengembaraan filsafat akan ditemukan berbagai pandangan yang tingkat
diferensiasinya sangat tinggi dan luas, tidak ada kata “pasti” semuanya serba
“mungkin” dan kemungkinan filosofisnya serba pasti sebagaimana kepastiannya
yang serba mungkin. Ada tiga dalam pendekatan filsafat yang merupakan sikaf
kritisnya yakni pendekatan ontologis, epistimologis dan aksiologis.
Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan tentang sistem berfikir kritis, sistematis,
logis, radikal, kontemplatif, dan spekulatif tentang metode, pendekatan, pola,
dan berbagai model pendidikan yang islami yang diterapkan secara formal maupun
nonformal, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Filsafat
pendidikan islam mengkaji hakikat dan seluk-beluk pendidikan yang bersumber
daei Al-Qur’an dan As-Sunnah, merumuskan berbagai pendekatan proses
pembelajaran, merumuskan strategi pembelajaran, kurikulum, dan sistem evaluasi
pendidikan dengan landasan yang digali dari dari ajaran islam, serta mengkaji
maksud dan tujuan pendidikan islam yang khusus maupun yang umum, yang temporal
maupun yang eternal.
B. Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup
filsafat pendidikan tidak akan jauh dari beberapa hal di bawah ini:
1. Hakikat
para pendidik dan anak didik;
2. Hakikat
materi pendidikan dan metode penyampaian materi;
3. Hakikat
tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan;
4. Hakikat
model-model pendidikan;
5. Hakikat
lembaga formal dan nonformal;
6. Hakikat
sistem pendidikan;
7. Hakikat
evaluasi pendidikan;
8. Hakikat
hasil-hasil pendidikan.
Dalam
filsafat pendidikan islam, selain ruang lingkup terdapat substansi pendidikan
yang sangat penting, bahkan menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu:
1. Al-Qur’an
dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran dalam pendidikan islam;
2. Akhlak
Nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk
membentuk akhlak anak didik;
3. Keimanan
kepada seluruh ajaran Islam yang dapat diterima oleh hati dan akal yang sehat;
4. Kehidupan
dunia yang oleh ajaran Islam dibebaskan pengembangannya;
5. Alam
semesta yang diciptakan untuk kemakmuran manusia;
6. Baik
dan buruk;
7. Pahala
dan dosa;
8. Ikhtiar
dan takdir yang menjadi bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak
Allah yang pasti adanya.
Dapat
ditarik pemahaman bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam berkaitan
dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Ontologi
ilmu pendidikan,hhakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan islam.
Ontologi pendidikan islam yakni hakikat dari kehidupan manusia yang berfikir
dan berakal. Jika manusia bukan makhluk yang berfikir, tidak ada pendidikan.
2. Epistimologi
ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan
islam. Epistimologi pendidikan islam adalah seluk-beluk dan sumber-sumber
pendidikan islam, Al-Qur’an yang universal dan abadi.
3. Metodologi
ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu
pendidikan islam. Metodologi yaitu
strategi yang relevan yang dilakukan oleh pendidikan islam kepada anak didik.
Dengan fungsi mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan islam agar
materi pendidikan islam mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Metode
pendidikan disebut tariqotut tarbiyah atau tariqatur tahzib. (Nur
Uhbiyati,2004:15)
4. Aksiologi
ilmu pendidikan islam, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoretis dan
praktis ilmu pendidikan islam. (Redja Mudyahardjo,2006:7). Aksiologi pendidikan
islam berkaitan dengan visi dan misi, etika dan estetika, tujuan yang akan
dicapai dalam pendidikan.
BAB
II
Kedudukan
Alam Semesta, Manusia, Masarakat, dan Ilmu Pengetahuan
Prespektif
Filsafat Pendidikan Islam
- Kedudukan Alam Semesta
Alam tercipta sebagai bukti dari
kasih sayang Allah untuk manusia. Alam tunduk mutlak pada hukum-hukum Allah.
Dalam prespektif pendidikan islam, alam adalah guru manusia. Kita semua wajib
belajar dan tunduk mutlak kepada hukum-hukum Allah. Demikian juga dengan
manusia yang tidak mau berprilaku konsistensi kehidupan alam sifatnya berubah
bagaikan binatang.
Belajar dari alam semesta adalah
tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta bagaikan guru,
alam semesta bagaikan literatur yang luas dan kaya akan informasi aktual, alam
mempertontonkan karya yang dinamis kepada manusia yang berniat belajar seumur
hidup.
- Kedudukan Manusia dan Ilmu Pengetahuan Perspektif Pendidikan Islam
Manusia yang hidup tiada lain
adalah manusia secara fisik (mekanis) telah mati-jiwanya tetap hidup, bahkan
bagi seorang mukmin kematian adalah
lanjutan hidup yang kekal dan abadi. (Atang Abdul Hakim, 2007:345)
Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang telah diketahui dengan menggunakan panca indra yang merupakan pengetahuan
empirik atau yang bersumber dari pengalaman. Pengalaman menjadi bagian penting
dari seluk-beluk adanya pengetahuan, yang secara filosofis menjadi bagian dari
kajian epistimologis.
Ada 9 unsur yang melekat dalam
kaitannya dengan eksistensi manusia dengan ilmu pengetahuan, yakni sebagai
berikut:
1. Manusia
adalah makhluk yang paling sempurna;
2. Kesempurnaan
manusia berada pada jasmani dan rohaninya;
3. Ciri
manusia yang sempurna adalah makhluk yang berfikir;
4. Akal
dapat membedakan baik dan buruk;
5. Akal
adalah alat utama agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya;
6. Akal
memproduk ilmu pengetahuan atas berbagai sumber, misalnya pengindraan;
7. Manusia
dengan akalnya dapat menciptakan pengetahuan yang bermanfaat sekaligus dapat
merusak tatanan kehidupan;
8. Islam
memberikan sistem etika yang baik dan benar agar manusia mengembangkan peran
akalnya dengan nilai-nilai yang diridhoi Allah.
9. Manusia
yang tidak berakal adalah manusia yang telah rusak unsur saraf otaknya atau ia
merusak kehidupan dengan akalnya karena memanfaatkan akal tanpa nilai-nilai
ilahiyah dan rububiyah.
Derajat kehidupan manusia sangat
ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, ilmu pengetahuan yang
dimiliki wajib dilindungi dengan keimanan, ilmu dan iman adalah kajian mendasar
dari filsafat pendidikan islam. Hakikat semua ilmu itu untuk memperkuat
keimanan dan keimanan harus terus ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan.
- Kedudukan Masyarakat dalam Filsafat Pendidikan Islam
Masyarakat adalah himpunan individu
dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup
bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya. “Masyarakat
dapat diartikan sebagai institusi sosial yang mewadahi berbagai tindakan
individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas
serta fungsi sosial sesuai dengan kesepakatan yang terjadi di lingkungan
sosialnya masing-masing.” ( Beni Ahmad Saeban,2007:23)
Kedudukan masyarakat dalam perspektif filsafat
pendidikan islam yakni:
1. Masyarakat
adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari
setiap pelajaran yang ada didalamnya.
2. Masyarakat
adalah subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
3. Masyarakat
adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
4. Masyarakat
adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
5. Masyarakat
adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
BAB
III
Hakikat
Pendidikan dan Etika Keilmuan
- Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik,
artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran-an, yang maknanya sifat dari
perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Pendidikan
secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan,
pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal
maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal
dalam kehidupannya dimasyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran
(at-tarbiyah, at-ta’lim).
- Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan menjangkau 4 hal yang sangat
mendasar, yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan
pada hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi
utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan itu dapat meningkatkan
kecerdasan dan meningkatkan kedewasaan berfikir terutama memiliki kecerdasan
dalam memecahkan masalah.
2. Pendidikan
pada hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu
pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya.
3. Pendidikan
dilakukan dilembaga formal dan nonformal.
4. Pendidikan
bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang
tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika, dan moral masyarakat
yang baik dan berwibawa, setra terbentuknya kepribadian yang luhur.
- Hakikat Pendidik
Hakikat pendidik adalah guru yang
singkatanya digugu dan ditiru pendidik atau guru adalah conto terbaik bagi
murid-muridnya yang menjadi anak didik diberbagai lembaga pendidikan. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2005 : 5-6) menjelaskan bahwa hubungan interaktif antara
pendidik dan anak didik menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
individual
2. Pendekatan
Kelompok
3. Pendekatan
Bervariasi
4. Pendekatan
Edukatif
- Hakikat Anak Didik
Dalam perspektif pendidikan islam, hakikat anak
didik terdiri dari beberapa macam:
1. Anak
didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya
maka semua keturunannya menajadi anak didiknya didalam keluarga;
2. Anak
didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di lembaga pendidikan
formal maupun nonformal, semua orang yang menimba ilmu dapat dipandang sebagai
anak didik.
3. Anak
didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan
tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran, dan
berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Keberhasilan belajar anak didik ditentukan tiga hal
yang mendasar,yaitu:
1. Sikap
anak didik yang mencintai ilmu dan para pendidiknya;
2. Sikap
anak didik yang selalu konsentrasi dalam belajar;
3. Tumbuhnya
sikap mental yang dewasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Pada kenyataannya, anak didik itu terdiri atas anak
didik dengan sifat-sifat yang berbeda yaitu:
1. Anak
didik yang belum mengerti apa pun tentang ilmu pengetahuan atau anak didik yang
hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengenal dan memahami sesuatu.
2. Anak
didik yang baru mengenal dan mengetahuinya, tetapi belum begitu memahami ilmu
pengetahuan yang dimaksud.
3. Anak
didik yang sedah menggenal, mengetahui, memahaminya, tetapi belum
mengamalkannya dalam kehidupan.
4. Anak
didik yang memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Pendekatan filosofis dalam memahami
karakteristik anak didik adalah tiga perbedaan anak didik yang dihadapi. Tiga
perbedaan tersebut adalah, perbedaan
biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis.
BAB IV
Etika Keilmuan dalam
Filsafat Pendidikan Islam
- Etika Pragmatis dalam Pendidikan Islam
Etika keilmuan diatur menurut
nilai-nilai dan etika pragmatisme. Pragmatisme berasal dari kata pragma (
bahasa Yunani ) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran
dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Pragmatisme berpandangan
bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan
manfaat bagi kehidupan. Pendidikan agama islam merupakan kebenaran.
Etika keilmuan berkaitan pula
dengan kode etik bagi para pendidik. Akan tetapi, dalam perspektif filsafat,
pendidikan etika meembahas pula masalah yang berkaitan dengan substansi
etikayang dimiliki oleh dunia pendidikan islam, terutama berkaitan dengan hal
dibawah ini;
1. Keilmuan
yang bersumber pada wahyu Allah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Keilmuan
yang berbasis kepada pola pendidikan tradisional islam seperti pondok pesantren
salafiyah.
3. Keilmuan
sebagai alat yang merumuskan prinsip-prinsip pendidikan dengan
mempertimbangkan istilah terminologi
dalam islam.
4. Keilmuan
yang mengarahkan pendidikan kepada tujuan umum dalam beragama islam, yaitu
tujuan utama pendidikan islam adalah membentuk anak didik beriman dan bertaqwa.
5. Keilmuan
yang mengacu kepada doktrin agama islam dan ketergantungan kepada tokoh agama,
kebesaran seorang pengasuh pondok pesantren dan kharasteristik kyai.
- Positivisme dalam Etika Keilmuan
Positivisme diperkenalkan oleh Auguste
Comte (1798-1857). Positivisme berasal dari kata positif yang artinya faktual
berdasarkan fakta-fakta. Positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui
pengalaman batiniah hanya mengandalkan fakta-fakta. (Juhaya S. Pradja, 2000:89)
- Etika Keilmuan Pada Zaman Renaissance dan Humanisme
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, etika
yang harus dibangun adalah,
1. semua
ilmu bersumber dari Allah SWT. Karena Allah Rabbul’alamin;
2. semua
ilmu wajib digali dan dicari sebanyak mungkin karena Islam mewajibkan mencari
ilmu sejak manusia dari buayan sampai ke liang lahat;
3. setiap
ilmu yang dimiliki sekecil apapun itu harus diamalkan dalam hidup;
4. setiap
ilmu yang dimiliki harus menjadi cahaya yang menerangi kehidupan dan menolong
orang-orang yang masih awam;
5. setiap
ilmu yang dimiliki harus disebarkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum;
6. setiap
ilmu yang dikembangkan harus mempermudah usaha manusia dalam mempertahankan
kehidupannya dan tidak mendatangkan kemadhorotan.
BAB
V
Hakikat
Kurikulum, Alat-alat, Pendidikan,
dan
Evaluasi
- Pengertian Kurikulum dan Hakikatnya
Istilah kurikulum berasal dari
bahasa latin curriculum dan dalam bahasa Prancis berasal dari kata courier yang
artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan demi mencapai ijazah dan gelar.
(Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, 2007:131)
Kurikulum adalah semua rencana yang
terdapat dalam proses pembelajaran, semua usaha lembaga pendidikan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2007:5), kurikulum adalah rencana pendidikan terdapat pedoman atau
pegangan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam sistem persekolahan terdapat 4
sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yakni:
1. Kegiatan
Mengajar (teaching);
2. Kegiatan
belajar (learning);
3. Kegiatan
Pembelajaran (instruction);
4. Kurikulum,
pedoman semua proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum
adalah seluruh rencana pembelajaran yang dijadikan pedoman oleh semua civitas
akademika yang terdapat dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun nonformal
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Hakikat Kurikulum
Hakikat kurikulum adalah model yang
diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan
tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum yang dijadikan standar mutu
pendidikan Islam perlu memperhatikan beberapa prinsip dibawah ini:
1. Prinsip
pertautan dengan nilai-nilai ajaran islam.
2. Prinsip
universal
3. Prinsip
keseimbangan
4. Prinsip
interaksional edukatif
5. Prinsip
fleksibelitas
6. Prinsip
empiristik.
- Hakikat Alat- Alat Pendidikan
Alat-alat artinya perangkat atau
media yang digunakan dalam melaksanakan sesuatu, media yang dipakai untuk
metode pendidikan. Beberapa alat pendidikan yang sangat penting dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidik,
2. Lembaga
pendidikan,
3. Anak
didik,
4. Sarana
dan prasarana pendidikan, yang membantu lancarnya pelaksanaan pendidikan.
5. Perpustakaan,
buku memberikan informasi,
6. Kacakapan
atau kompetensi pendidik untuk memberikan pengajaran yang profesional dan
sesuai dengan kapabilitasnya.
7. Metodologi
pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan,
8. Manajemen
pendidikan yang mengolah pelaksanaan pendidikan,
9. Strategi
pembelajaran,
10. Evaluasi
pendidikan dan evaluasi belajar.
- Hakikat Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan diartikan pula
dengan penuilaian pendidikan, yakni kegiatan menilai yang terjadi dalam
aktivitas pendidikan. Evaluasi digunakan untuk mengetahui keberhasilan anak
didik dalam mengikuti proses pembelajaran, yang dievaluasi itu dalam tiga
ranah, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan utama dari pendidikan islam,
yaitu membentuk pribadi anak didik yang beriman, bertaqwa, cerdas, berakhlak
mulia, kuat menghadapi evaluasi sekolah dan evaluasi Tuhan atas dirinya. Jika
berhhasil dalam bidang akademik, anak didik diharapkan berhasil dalam prestasi
kehidupan religiusnya.
BAB
VI
Pendidikan
Islam Sebagai suatu Sistem
- Dasar-Dasar Sistem Pendidikan Islam
Sistem
yakni gagasan atau prinsip yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu
keseluruhan ( Imam Barnadib, 1997:19),
dalam sistem terdapat tiga hal yang mendasar, yaitu:
1. Adanya
berbagai komponen, gagasan, konsep, prinsip-prinsip.
2. Adanya
saling keterpautan antar komponen, antargagasan, antarkonsep dan prinsip.
3. Adanya
integralitas atau kesatupaduan diantara komponen dan gagasan serta prinsip yang
saling berhubungan sehingga membentuk konsep sistemik yang menjadi terminologi
umum dari semua komponen yang ada.
Dalam sistem berfikir filsafat pendidikan islam
dinyatakan sebagai sistem, artinya pendidikan islam berkaitan dengan tiga unsur
fundamental. Realistis masyarakat yang memandang ajaran-ajaran islam merupakan
ide dasar pendidikan dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan tidak sebatas memahami
yang lahiriyah, tetapi yang batin menjadi objek kajian, sebagaimana aspek
rohani dan jasmani. Semua yang ada dengan tanpa ilmu pengetahuan akan terus
berubah. Perubahan merupakan hukum alam, sedangkan ilmu pengetahuan diketahui melalui pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan sistem yang dibangun oleh
dasar-dasar yang sangat kuat yakni Al-Qur’an, As-Sunnah, Atsar dan Ijma
Sahabat, dan yang terakhir Ijtihad Ulama.
- Pendidikan Islam Sebagai Sistem Kebenaran Universal
Ilmu pendidikan Islam tergolong
ilmu yang lebih menitikberatkan pada pendalaman ilmu-ilmu keagamaan. Apabila
telah disepakati bahwa sumber ilmu pendidikan islam adalah Al-Qur’an, semua
yang dikupas secara tekstual maupun kontekstual, semua ilmu adalah ilmu, tidak
ada ilmu umum dan ilmu khusus.
Dalam ajaran islam mencari ilmu
hukumnya wajib, sebagaimana wajibnya mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dengan demikian mempelajari semua ilmu yang bermanfaat merupakan ibadah.
Sehingga umat islam mampu mengasai semua
disiplin ilmu.
- Tujuan Sistem Pendidikan Islam
Dalam ajaran islam, seluruh
aktivitas manusia bertujuan untuk nmeraih tercapainya insan yanng beriman dan
bertaqwa. Beberapa indikator tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi
menjadi tiga tujuan mendasar.
1. Tercapainya
anak didik yang cerdas,
2. Tercapainya
anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional,
3. Tercapainya
anak didik yang memiliki keshalehan spiritual.
BAB
VII
Pemikiran
Filsafat Islam
- Pemikiran Pendidikan Imam Al-Ghazali
Imam Ghazali menegaskan bahwa
tinggi-rendahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu
pengetahuan. Kewajiban utama manusia dalam pendidikan dan penggalian ilmu
pengetahuan adalah tentang Dzat Allah yang Mahamutaqin. Kebenaran ilmu
pengetahuan sifatnya nisbi, pertama-tama harus diketahui tentang kebenaran
mutlak yang hanya milik Allah. Pengetahuan dalam bentuk apapun tidak akan
dampai kepada kebenaran mutlak karena ilmu bersumber dari yang Mahamutlaq,
yakni Rabbul’alamin.
Pandangan Imam Ghazali tentang
pendidikan islam digambarkan melalui kativitas yang luar biasa dalam dunia
pendidikan. Dasar dari pendidikan islam adalah menyatukan konsep ilmu dengan
dua energi yakni akal dan hati, sedangkan indra banyak menimbulkan keraguan.
- Pemikiran Ibnu Maskawayh
Ibnu Maskawayh memandang bahwa
pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak anak usia dini karena perkembangan
mental anak berevolusi, berkembang menuju kesempurnaan penyimpanan pesan-pesan
masa lalu dan merasuk kedalam jiwa berfikir. Pendidikan bukan sekedar
memperdalam ilmu pengetahuan, berfikir lebih jauh dari itu, dikaji secara
mendalam tentang pengaruh ilmu pengetahuan terhadap etika dan akhlak
masyarakat.
- Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Pesan Ibnu Kaldun adalah kebudayaan
akan berkembang jika pendidikan dikembangkan karena pendidikan akan mengembangkan
manusia untuk berfikir, sedangkan perkembangan kebudayaan sangat ditentukan
oleh kemajuan ilmu pengetahuanmasyarakat dan cara berfikirnya. Pendidikan harus
mengembangkan ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah, sehingga ada keseimbangan antara
ilmu yang memperkuat keimanan dan ilmu yang mengembangkan cara berfikir.
- Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Gagasan pendirian muhamadiyah mendapat resistensi baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Dengan keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita pembaharuan Islam ditanah air, membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan.
- Pemikiran Rahmah El-Yunusiah. Perjuangan Rahmah El-Yunusiah dalam pendidikan Islam sangat luar biasa karena ia adalah seorang muslimah pertama yang mencetuskan sekolah bagi perempuan, sehingga memperoleh gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar Mesir. Memandang ilmu pengetahuan sebagai bagian yang sangat penting bagi kehidupan perempuan. Laki-laki dan perempuan diberi hak yang sama dalam mencari ilmu, karena hukum mencari ilmu itu wajib bagi keduanya.
- Pemikiran Abdul Halim Iskandar
Semangat dalam berjuang malakukan
perbaikan untuk mengangkat derajat masyarakat, sesuai dengan hasil pengamatan
dan konsultasi dengan beberapa tokoh jawa. Usaha perbaikan ini ditempuh melalui
pendidikan dan penataan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar