Jumat, 22 Juli 2016

ikhtisar mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam



BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A.  Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat berasal dari bahasa Inggris yaitu philosophy dan bahasa Yunani philein atau philos artinya cinta dan sofein, sophi atau sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan cinta kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan sebagai pola berfikir dengan ciri-ciri kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal dan spekulatif. Setiap pengembaraan filsafat akan ditemukan berbagai pandangan yang tingkat diferensiasinya sangat tinggi dan luas, tidak ada kata “pasti” semuanya serba “mungkin” dan kemungkinan filosofisnya serba pasti sebagaimana kepastiannya yang serba mungkin. Ada tiga dalam pendekatan filsafat yang merupakan sikaf kritisnya yakni pendekatan ontologis, epistimologis dan aksiologis.
       Filsafat pendidikan adalah pengetahuan tentang sistem berfikir kritis, sistematis, logis, radikal, kontemplatif, dan spekulatif tentang metode, pendekatan, pola, dan berbagai model pendidikan yang islami yang diterapkan secara formal maupun nonformal, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
       Filsafat pendidikan islam mengkaji hakikat dan seluk-beluk pendidikan yang bersumber daei Al-Qur’an dan As-Sunnah, merumuskan berbagai pendekatan proses pembelajaran, merumuskan strategi pembelajaran, kurikulum, dan sistem evaluasi pendidikan dengan landasan yang digali dari dari ajaran islam, serta mengkaji maksud dan tujuan pendidikan islam yang khusus maupun yang umum, yang temporal maupun yang eternal. 
B.  Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat pendidikan tidak akan jauh dari beberapa hal di bawah ini:
1.      Hakikat para pendidik dan anak didik;
2.      Hakikat materi pendidikan dan metode penyampaian materi;
3.      Hakikat tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan;
4.      Hakikat model-model pendidikan;
5.      Hakikat lembaga formal dan nonformal;
6.      Hakikat sistem pendidikan;
7.      Hakikat evaluasi pendidikan;
8.      Hakikat hasil-hasil pendidikan.

Dalam filsafat pendidikan islam, selain ruang lingkup terdapat substansi pendidikan yang sangat penting, bahkan menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu:
1.      Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran dalam pendidikan islam;
2.      Akhlak Nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk membentuk akhlak anak didik;
3.      Keimanan kepada seluruh ajaran Islam yang dapat diterima oleh hati dan akal yang sehat;
4.      Kehidupan dunia yang oleh ajaran Islam dibebaskan pengembangannya;
5.      Alam semesta yang diciptakan untuk kemakmuran manusia;
6.      Baik dan buruk;
7.      Pahala dan dosa;
8.      Ikhtiar dan takdir yang menjadi bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak Allah yang pasti adanya.
Dapat ditarik pemahaman bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1.      Ontologi ilmu pendidikan,hhakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan islam. Ontologi pendidikan islam yakni hakikat dari kehidupan manusia yang berfikir dan berakal. Jika manusia bukan makhluk yang berfikir, tidak ada pendidikan.
2.      Epistimologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan islam. Epistimologi pendidikan islam adalah seluk-beluk dan sumber-sumber pendidikan islam, Al-Qur’an yang universal dan abadi.
3.      Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan islam.  Metodologi yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh pendidikan islam kepada anak didik. Dengan fungsi mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan islam agar materi pendidikan islam mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Metode pendidikan disebut tariqotut tarbiyah atau tariqatur tahzib. (Nur Uhbiyati,2004:15)
4.      Aksiologi ilmu pendidikan islam, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan islam. (Redja Mudyahardjo,2006:7). Aksiologi pendidikan islam berkaitan dengan visi dan misi, etika dan estetika, tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan.
BAB II
Kedudukan Alam Semesta, Manusia, Masarakat, dan Ilmu Pengetahuan
Prespektif Filsafat Pendidikan Islam
  1. Kedudukan Alam Semesta
Alam tercipta sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia. Alam tunduk mutlak pada hukum-hukum Allah. Dalam prespektif pendidikan islam, alam adalah guru manusia. Kita semua wajib belajar dan tunduk mutlak kepada hukum-hukum Allah. Demikian juga dengan manusia yang tidak mau berprilaku konsistensi kehidupan alam sifatnya berubah bagaikan binatang.
Belajar dari alam semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta bagaikan guru, alam semesta bagaikan literatur yang luas dan kaya akan informasi aktual, alam mempertontonkan karya yang dinamis kepada manusia yang berniat belajar seumur hidup.
  1. Kedudukan Manusia dan Ilmu Pengetahuan Perspektif Pendidikan Islam
Manusia yang hidup tiada lain adalah manusia secara fisik (mekanis) telah mati-jiwanya tetap hidup, bahkan bagi seorang mukmin kematian  adalah lanjutan hidup yang kekal dan abadi. (Atang Abdul Hakim, 2007:345)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui dengan menggunakan panca indra yang merupakan pengetahuan empirik atau yang bersumber dari pengalaman. Pengalaman menjadi bagian penting dari seluk-beluk adanya pengetahuan, yang secara filosofis menjadi bagian dari kajian epistimologis.
Ada 9 unsur yang melekat dalam kaitannya dengan eksistensi manusia dengan ilmu pengetahuan, yakni sebagai berikut:
1.      Manusia adalah makhluk yang paling sempurna;
2.      Kesempurnaan manusia berada pada jasmani dan rohaninya;
3.      Ciri manusia yang sempurna adalah makhluk yang berfikir;
4.      Akal dapat membedakan baik dan buruk;
5.      Akal adalah alat utama agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya;
6.      Akal memproduk ilmu pengetahuan atas berbagai sumber, misalnya pengindraan;
7.      Manusia dengan akalnya dapat menciptakan pengetahuan yang bermanfaat sekaligus dapat merusak tatanan kehidupan;
8.      Islam memberikan sistem etika yang baik dan benar agar manusia mengembangkan peran akalnya dengan nilai-nilai yang diridhoi Allah.
9.      Manusia yang tidak berakal adalah manusia yang telah rusak unsur saraf otaknya atau ia merusak kehidupan dengan akalnya karena memanfaatkan akal tanpa nilai-nilai ilahiyah dan rububiyah.
Derajat kehidupan manusia sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, ilmu pengetahuan yang dimiliki wajib dilindungi dengan keimanan, ilmu dan iman adalah kajian mendasar dari filsafat pendidikan islam. Hakikat semua ilmu itu untuk memperkuat keimanan dan keimanan harus terus ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan.
  1. Kedudukan Masyarakat dalam Filsafat Pendidikan Islam
Masyarakat adalah himpunan individu dan kumpulan keluarga yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya. “Masyarakat dapat diartikan sebagai institusi sosial yang mewadahi berbagai tindakan individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi sosial sesuai dengan kesepakatan yang terjadi di lingkungan sosialnya masing-masing.” ( Beni Ahmad Saeban,2007:23)
Kedudukan masyarakat dalam perspektif filsafat pendidikan islam yakni:
1.      Masyarakat adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap pelajaran yang ada didalamnya.
2.      Masyarakat adalah subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
3.      Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
4.      Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
5.      Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
BAB III
Hakikat Pendidikan dan Etika Keilmuan
  1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran-an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya dimasyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah, at-ta’lim).
  1. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan menjangkau 4 hal yang sangat mendasar, yaitu sebagai berikut:
1.      Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan itu dapat meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan kedewasaan berfikir terutama memiliki kecerdasan dalam memecahkan masalah.
2.      Pendidikan pada hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya.
3.      Pendidikan dilakukan dilembaga formal dan nonformal.
4.      Pendidikan bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan  intelektual masyarakat, etika, dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa, setra terbentuknya kepribadian yang luhur.
  1. Hakikat Pendidik
Hakikat pendidik adalah guru yang singkatanya digugu dan ditiru pendidik atau guru adalah conto terbaik bagi murid-muridnya yang menjadi anak didik diberbagai lembaga pendidikan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2005 : 5-6) menjelaskan bahwa hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan individual
2.      Pendekatan Kelompok
3.      Pendekatan Bervariasi
4.      Pendekatan Edukatif
  1. Hakikat Anak Didik
Dalam perspektif pendidikan islam, hakikat anak didik terdiri dari beberapa macam:
1.      Anak didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menajadi anak didiknya didalam keluarga;
2.      Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, semua orang yang menimba ilmu dapat dipandang sebagai anak didik.
3.      Anak didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Keberhasilan belajar anak didik ditentukan tiga hal yang mendasar,yaitu:
1.      Sikap anak didik yang mencintai ilmu dan para pendidiknya;
2.      Sikap anak didik yang selalu konsentrasi dalam belajar;
3.      Tumbuhnya sikap mental yang dewasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Pada kenyataannya, anak didik itu terdiri atas anak didik dengan sifat-sifat yang berbeda yaitu:
1.      Anak didik yang belum mengerti apa pun tentang ilmu pengetahuan atau anak didik yang hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengenal dan memahami sesuatu.
2.      Anak didik yang baru mengenal dan mengetahuinya, tetapi belum begitu memahami ilmu pengetahuan yang dimaksud.
3.      Anak didik yang sedah menggenal, mengetahui, memahaminya, tetapi belum mengamalkannya dalam kehidupan.
4.      Anak didik yang memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Pendekatan filosofis dalam memahami karakteristik anak didik adalah tiga perbedaan anak didik yang dihadapi. Tiga perbedaan tersebut  adalah, perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis.
BAB IV
Etika Keilmuan dalam Filsafat Pendidikan Islam
  1. Etika Pragmatis dalam Pendidikan Islam
Etika keilmuan diatur menurut nilai-nilai dan etika pragmatisme. Pragmatisme berasal dari kata pragma ( bahasa Yunani ) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Pendidikan agama islam merupakan kebenaran.
Etika keilmuan berkaitan pula dengan kode etik bagi para pendidik. Akan tetapi, dalam perspektif filsafat, pendidikan etika meembahas pula masalah yang berkaitan dengan substansi etikayang dimiliki oleh dunia pendidikan islam, terutama berkaitan dengan hal dibawah ini;
1.      Keilmuan yang bersumber pada wahyu Allah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2.      Keilmuan yang berbasis kepada pola pendidikan tradisional islam seperti pondok pesantren salafiyah.
3.      Keilmuan sebagai alat yang merumuskan prinsip-prinsip pendidikan dengan mempertimbangkan  istilah terminologi dalam islam.
4.      Keilmuan yang mengarahkan pendidikan kepada tujuan umum dalam beragama islam, yaitu tujuan utama pendidikan islam adalah membentuk anak didik beriman dan bertaqwa.
5.      Keilmuan yang mengacu kepada doktrin agama islam dan ketergantungan kepada tokoh agama, kebesaran seorang pengasuh pondok pesantren dan kharasteristik kyai.
  1. Positivisme dalam Etika Keilmuan
Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Positivisme berasal dari kata positif yang artinya faktual berdasarkan fakta-fakta. Positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah hanya mengandalkan fakta-fakta. (Juhaya S. Pradja, 2000:89)
  1. Etika Keilmuan Pada Zaman Renaissance dan Humanisme
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, etika yang harus dibangun adalah,
1.    semua ilmu bersumber dari Allah SWT. Karena Allah Rabbul’alamin;
2.    semua ilmu wajib digali dan dicari sebanyak mungkin karena Islam mewajibkan mencari ilmu sejak manusia dari buayan sampai ke liang lahat;
3.    setiap ilmu yang dimiliki sekecil apapun itu harus diamalkan dalam hidup;
4.    setiap ilmu yang dimiliki harus menjadi cahaya yang menerangi kehidupan dan menolong orang-orang yang masih awam;
5.    setiap ilmu yang dimiliki harus disebarkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum;
6.    setiap ilmu yang dikembangkan harus mempermudah usaha manusia dalam mempertahankan kehidupannya dan tidak mendatangkan kemadhorotan.
BAB V
Hakikat Kurikulum, Alat-alat, Pendidikan,
dan Evaluasi
  1. Pengertian Kurikulum dan Hakikatnya
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curriculum dan dalam bahasa Prancis berasal dari kata courier yang artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan demi mencapai ijazah dan gelar. (Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, 2007:131)
Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran, semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007:5), kurikulum adalah rencana pendidikan terdapat pedoman atau pegangan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam sistem persekolahan terdapat 4 sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yakni:
1.      Kegiatan Mengajar (teaching);
2.      Kegiatan belajar (learning);
3.      Kegiatan Pembelajaran (instruction);
4.      Kurikulum, pedoman semua proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seluruh rencana pembelajaran yang dijadikan pedoman oleh semua civitas akademika yang terdapat dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun nonformal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. Hakikat Kurikulum
Hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum yang dijadikan standar mutu pendidikan Islam perlu memperhatikan beberapa prinsip dibawah ini:
1.      Prinsip pertautan dengan nilai-nilai ajaran islam.
2.      Prinsip universal
3.      Prinsip keseimbangan
4.      Prinsip interaksional edukatif
5.      Prinsip fleksibelitas
6.      Prinsip empiristik.

  1. Hakikat Alat- Alat Pendidikan
Alat-alat artinya perangkat atau media yang digunakan dalam melaksanakan sesuatu, media yang dipakai untuk metode pendidikan. Beberapa alat pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Pendidik,
2.      Lembaga pendidikan,
3.      Anak didik,
4.      Sarana dan prasarana pendidikan, yang membantu lancarnya pelaksanaan pendidikan.
5.      Perpustakaan, buku memberikan informasi,
6.      Kacakapan atau kompetensi pendidik untuk memberikan pengajaran yang profesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
7.      Metodologi pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan,
8.      Manajemen pendidikan yang mengolah pelaksanaan pendidikan,
9.      Strategi pembelajaran,
10.  Evaluasi pendidikan dan evaluasi belajar.

  1. Hakikat Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan diartikan pula dengan penuilaian pendidikan, yakni kegiatan menilai yang terjadi dalam aktivitas pendidikan. Evaluasi digunakan untuk mengetahui keberhasilan anak didik dalam mengikuti proses pembelajaran, yang dievaluasi itu dalam tiga ranah, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan utama dari pendidikan islam, yaitu membentuk pribadi anak didik yang beriman, bertaqwa, cerdas, berakhlak mulia, kuat menghadapi evaluasi sekolah dan evaluasi Tuhan atas dirinya. Jika berhhasil dalam bidang akademik, anak didik diharapkan berhasil dalam prestasi kehidupan religiusnya.
BAB VI
Pendidikan Islam Sebagai suatu Sistem
  1. Dasar-Dasar Sistem Pendidikan Islam
Sistem yakni gagasan atau prinsip yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan  ( Imam Barnadib, 1997:19), dalam sistem terdapat tiga hal yang mendasar, yaitu:
1.      Adanya berbagai komponen, gagasan, konsep, prinsip-prinsip.
2.      Adanya saling keterpautan antar komponen, antargagasan, antarkonsep dan prinsip.
3.      Adanya integralitas atau kesatupaduan diantara komponen dan gagasan serta prinsip yang saling berhubungan sehingga membentuk konsep sistemik yang menjadi terminologi umum dari semua komponen yang ada.
Dalam sistem berfikir filsafat pendidikan islam dinyatakan sebagai sistem, artinya pendidikan islam berkaitan dengan tiga unsur fundamental. Realistis masyarakat yang memandang ajaran-ajaran islam merupakan ide dasar pendidikan dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan tidak sebatas memahami yang lahiriyah, tetapi yang batin menjadi objek kajian, sebagaimana aspek rohani dan jasmani. Semua yang ada dengan tanpa ilmu pengetahuan akan terus berubah. Perubahan merupakan hukum alam, sedangkan ilmu  pengetahuan diketahui melalui pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan sistem yang dibangun oleh dasar-dasar yang sangat kuat yakni Al-Qur’an, As-Sunnah, Atsar dan Ijma Sahabat, dan yang terakhir Ijtihad Ulama.
  1. Pendidikan Islam Sebagai Sistem Kebenaran Universal
Ilmu pendidikan Islam tergolong ilmu yang lebih menitikberatkan pada pendalaman ilmu-ilmu keagamaan. Apabila telah disepakati bahwa sumber ilmu pendidikan islam adalah Al-Qur’an, semua yang dikupas secara tekstual maupun kontekstual, semua ilmu adalah ilmu, tidak ada ilmu umum dan ilmu khusus.
Dalam ajaran islam mencari ilmu hukumnya wajib, sebagaimana wajibnya mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian mempelajari semua ilmu yang bermanfaat merupakan ibadah. Sehingga umat islam mampu mengasai semua  disiplin ilmu.
  1. Tujuan Sistem Pendidikan Islam
Dalam ajaran islam, seluruh aktivitas manusia bertujuan untuk nmeraih tercapainya insan yanng beriman dan bertaqwa. Beberapa indikator tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi menjadi tiga tujuan mendasar.
1.      Tercapainya anak didik yang cerdas,
2.      Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional,
3.      Tercapainya anak didik yang memiliki keshalehan spiritual.
BAB VII
Pemikiran Filsafat Islam
  1. Pemikiran Pendidikan Imam Al-Ghazali
Imam Ghazali menegaskan bahwa tinggi-rendahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan. Kewajiban utama manusia dalam pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan adalah tentang Dzat Allah yang Mahamutaqin. Kebenaran ilmu pengetahuan sifatnya nisbi, pertama-tama harus diketahui tentang kebenaran mutlak yang hanya milik Allah. Pengetahuan dalam bentuk apapun tidak akan dampai kepada kebenaran mutlak karena ilmu bersumber dari yang Mahamutlaq, yakni Rabbul’alamin.
Pandangan Imam Ghazali tentang pendidikan islam digambarkan melalui kativitas yang luar biasa dalam dunia pendidikan. Dasar dari pendidikan islam adalah menyatukan konsep ilmu dengan dua energi yakni akal dan hati, sedangkan indra banyak menimbulkan keraguan.
  1. Pemikiran Ibnu Maskawayh
Ibnu Maskawayh memandang bahwa pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak anak usia dini karena perkembangan mental anak berevolusi, berkembang menuju kesempurnaan penyimpanan pesan-pesan masa lalu dan merasuk kedalam jiwa berfikir. Pendidikan bukan sekedar memperdalam ilmu pengetahuan, berfikir lebih jauh dari itu, dikaji secara mendalam tentang pengaruh ilmu pengetahuan terhadap etika dan akhlak masyarakat.
  1. Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Pesan Ibnu Kaldun adalah kebudayaan akan berkembang jika pendidikan dikembangkan karena pendidikan akan mengembangkan manusia untuk berfikir, sedangkan perkembangan kebudayaan sangat ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuanmasyarakat dan cara berfikirnya. Pendidikan harus mengembangkan ilmu naqliyah dan ilmu aqliyah, sehingga ada keseimbangan antara ilmu yang memperkuat keimanan dan ilmu yang mengembangkan cara berfikir.
  1. Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Gagasan pendirian muhamadiyah mendapat resistensi baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Dengan keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita pembaharuan Islam ditanah air, membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan.
  2. Pemikiran Rahmah El-Yunusiah. Perjuangan Rahmah El-Yunusiah dalam pendidikan Islam sangat luar biasa karena ia adalah seorang muslimah pertama yang mencetuskan sekolah bagi perempuan, sehingga memperoleh gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar Mesir. Memandang ilmu pengetahuan sebagai bagian yang sangat penting bagi kehidupan perempuan. Laki-laki dan perempuan diberi hak yang sama dalam mencari ilmu, karena hukum mencari ilmu itu wajib bagi keduanya.
  3. Pemikiran Abdul Halim Iskandar
Semangat dalam berjuang malakukan perbaikan untuk mengangkat derajat masyarakat, sesuai dengan hasil pengamatan dan konsultasi dengan beberapa tokoh jawa. Usaha perbaikan ini ditempuh melalui pendidikan dan penataan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar